Skip to main content
x

Sinar di SMA IT IQRA Bengkulu

Di sudut kota Bengkulu, berdiri megah sebuah sekolah bernama SMA IT Iqra. Sekolah ini dikenal dengan disiplin ketatnya, kurikulum Islami yang kuat, dan siswa-siswi yang berprestasi. Di antara mereka, ada seorang siswa bernama Fikri, seorang pemuda sederhana yang memiliki tekad besar untuk mengubah nasib keluarganya melalui pendidikan.

Fikri berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya bekerja sebagai buruh harian, sementara ibunya berjualan kue di pasar pagi. Meski kondisi ekonomi keluarganya terbatas, Fikri tak pernah merasa rendah diri. Ia justru menjadikan keterbatasan itu sebagai pendorong untuk terus berusaha. Dengan tekad yang kuat, ia bercita-cita menjadi seorang insinyur agar dapat membantu keluarganya keluar dari kesulitan ekonomi.

Setiap pagi, Fikri selalu datang ke sekolah lebih awal. Ia sering terlihat di perpustakaan, membaca buku-buku pelajaran yang lebih sulit dari materi yang diajarkan di kelas. Tak jarang, ia juga membantu teman-temannya yang kesulitan memahami pelajaran, terutama dalam mata pelajaran Matematika dan Fisika.

Namun, tidak semua orang menyukai Fikri. Ada seorang siswa bernama Rian, anak dari keluarga berada yang sering merasa tersaingi oleh kecerdasan Fikri. Rian kerap meremehkan Fikri dan bahkan berusaha menjatuhkannya dengan berbagai cara. Ia merasa tidak terima jika seorang anak dari keluarga sederhana bisa lebih unggul darinya.

Suatu hari, sekolah mengadakan lomba Olimpiade Sains tingkat provinsi. Fikri dan Rian sama-sama terpilih untuk mewakili sekolah. Sejak saat itu, persaingan antara mereka semakin memanas. Rian yang terbiasa mendapatkan segalanya dengan mudah merasa terancam oleh kegigihan Fikri.

Di tengah persiapan lomba, Rian mencoba menjebak Fikri dengan menuduhnya menyontek saat ujian seleksi. Tuduhan itu hampir membuat Fikri kehilangan kesempatan untuk ikut dalam lomba. Namun, berkat kesaksian teman-temannya yang mengetahui kebenaran, Fikri akhirnya dibebaskan dari tuduhan tersebut. Kejadian itu membuatnya semakin termotivasi untuk memberikan yang terbaik dalam perlombaan.

Hari perlombaan pun tiba. Dengan penuh keyakinan, Fikri mengerjakan setiap soal dengan hati-hati. Sementara itu, Rian yang terlalu percaya diri mulai merasa panik ketika menemui soal-soal sulit yang tidak ia kuasai. Di akhir perlombaan, pengumuman pemenang pun dibacakan.

"Juara pertama jatuh kepada... Fikri dari SMA IT Iqra Bengkulu!" ujar pembawa acara.

Seketika, tepuk tangan meriah menggema di ruangan. Fikri tersenyum bahagia, sementara Rian tertunduk lesu.

Setelah acara selesai, Rian menghampiri Fikri.

"Fikri, aku ingin minta maaf atas semua perlakuanku selama ini," kata Rian dengan wajah menyesal.

Fikri tersenyum dan menepuk bahu Rian. "Tak apa, Rian. Aku juga pernah merasa iri pada orang lain, tapi aku belajar bahwa kerja keras selalu membuahkan hasil."

"Aku sadar sekarang bahwa keberhasilan tidak bisa diraih dengan cara instan," ucap Rian dengan tulus.

Fikri mengangguk. "Yang penting kita terus belajar dan berusaha menjadi lebih baik. Mulai sekarang, ayo kita belajar bersama!"

Sejak saat itu, mereka mulai berteman dan belajar bersama. Rian pun berusaha untuk lebih gigih dalam belajar, mengikuti jejak Fikri yang tidak pernah menyerah.

Kisah Fikri di SMA IT Iqra Bengkulu menjadi inspirasi bagi banyak siswa lainnya. Ia membuktikan bahwa ketekunan dan kejujuran adalah kunci utama menuju kesuksesan. Dan lebih dari itu, ia telah mengajarkan bahwa dalam persaingan, yang terpenting bukanlah siapa yang menang atau kalah, melainkan bagaimana kita belajar dari setiap pengalaman untuk menjadi pribadi yang lebih baik.