Skip to main content
x
Jejak Cahaya di Kelas 12

Senja mulai turun di langit SMAIT Al-Hikmah. Burung-burung berterbangan kembali ke sarang, sementara di salah satu sudut masjid sekolah, Faiz masih duduk bersandar di tembok. Ia menatap mushaf di pangkuannya dengan raut wajah yang penuh kebingungan.

“Kenapa aku nggak bisa hafal-hafal juga?” gumamnya sambil menutup wajah dengan kedua tangan.

Cahaya Dalam Hafalan

Hari itu, hujan turun rintik-rintik di halaman sekolah. Di dalam musholla kecil SMAIT Iqra Bengkulu, Azzam duduk bersila, memandangi mushaf di tangannya dengan ekspresi putus asa. Sudah hampir satu jam ia mencoba menghafal Surat Al-Mulk, namun setiap kali ia mengulang, hafalannya selalu terputus di tengah jalan.

“Astaghfirullah… kenapa susah sekali?” gumamnya sambil menutup wajah dengan kedua tangan.

Dari kejauhan, Ustadz Hamid, guru tahfiznya, memperhatikan. Ia lalu duduk di samping Azzam dan menepuk pundaknya dengan lembut.

Menggapai Cita Demi Masa Depan

Pagi itu, mentari bersinar cerah di langit Bengkulu. Rafi duduk di beranda rumahnya, memandangi sepucuk surat yang baru saja diterimanya. Tangannya gemetar saat membuka amplop berlogo SMAIT IQRA’. Matanya berbinar saat membaca isinya, ia diterima sebagai peserta didik baru di sekolah impiannya.

Namun, kebahagiaan itu segera bercampur dengan kekhawatiran. Rafi berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya seorang buruh harian, sedangkan ibunya menjual kue keliling. Biaya sekolah menjadi tantangan besar bagi mereka. Meski begitu, Rafi tidak ingin menyerah.

***

Sinar di SMA IT IQRA Bengkulu

Di sudut kota Bengkulu, berdiri megah sebuah sekolah bernama SMA IT Iqra.

Langkah Kecil Menuju Impian Cemerlang

Di sebuah SMA kecil di pinggiran kota, ada seorang siswa bernama Ardi. Ardi bukanlah siswa yang menonjol.

Subscribe to Cerita Pendek