Pagi itu, mentari bersinar cerah di langit Bengkulu. Rafi duduk di beranda rumahnya, memandangi sepucuk surat yang baru saja diterimanya. Tangannya gemetar saat membuka amplop berlogo SMAIT IQRA’. Matanya berbinar saat membaca isinya, ia diterima sebagai peserta didik baru di sekolah impiannya.
Namun, kebahagiaan itu segera bercampur dengan kekhawatiran. Rafi berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya seorang buruh harian, sedangkan ibunya menjual kue keliling. Biaya sekolah menjadi tantangan besar bagi mereka. Meski begitu, Rafi tidak ingin menyerah.
***